KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa
kita panjatkan kehadirat Allah SWT. atas
limpahan rahmat-Nya kepada semua hamba-Nya. Rasa syukur dapat kita wujudkan
dengan cara memelihara lingkungan dan mengasah akal budi kita untuk
memanfaatkan karunia-Nya.
Adapun salah satu
perwujudan rasa syukur saya yaitu berusaha menggapai cita-cita saya. Salah satu
usaha saya adalah dengan membuat makalah yang sesuai dengan materi yang telah
diberikan oleh Ibu Guru.
Segala usaha telah saya
lakukan untuk membuat makalh ini. Namun, dalam usaha saya yang maksimal itu
saya menyadari tentu masih terdapat kelebihan dan kekurangan, untuk itu saya
sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi menyempurnakan
makalah ini.
Hulo
, 10 Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul...........................................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Kearifan Lokal Dalam
Pemanfaatan SDA di Sulawesi Selatan...3
BAB 3 PENUTUP..............................................................................................................9
A. Kesimpulan........................................................................................................9
B. Saran....................................................................................................................9
Daftar Pustaka.........................................................................................................................10
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kearifan lokal adalah tata nilai atau perilaku
hidup masyarakat lokal dalam berintraksi dengan lingkungan tempatnya hidup
secara arif. Kearifan lokal berasaladari nenek moyang yang menyatu dalam
kehidupan manusia yang diturunkan dari generasi ke generasi. Kearifan lokal
tercermin dalam religi, budaya, dan adat istiadat. Masyarakat melakukan
adaptasi terhadap lingkungan tempat tinggalnya dengan mengembangkan suatu
kearifan dalam wujud pengetahuanatau ide, nilai budaya, serta peralatan, yang
dipadukan dengan nilai dan norma adat dalam aktivitas mengelolah lingkungan
untuk mencukupi kebutuhan hidup.
Indonesia kaya akan budaya dan kearifan lokal
masyarakat. Suku-suku di Indonesia yang jumlahnya ribuan memiliki kearifan
lokal yang menjadi ciri khas masing-masing. Hal ini karena kondisi geografis
antarwilayah yang berbeda sehingga penyesuaian kearifan lokal terhadap alam
juga berbeda. Namun, pada dasarnya kearifan lokal di setiap wilayah sama, yaitu
sebagai aturan, pengendali, rambu-rambu, dan pedoman masyarakat dalam
memperlakukan alam sekitar.
Bentuk-bentuk kearifan lokal
dalam masyarakat dapat berupa nilai, norma, kepercayaan, dan aturan-aturan
khusus. Salah satunya yaitu kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya alam
khususnya di Sulawesi Selatan.
B. Rumusan Masalah
Apa saja kearifan lokal
dalam pemanfaatan sumber daya alam yang ada di Sulawesi Selatan?
C. Tujuan
Untuk mengetahui kearifan
lokal dalam pemanfaatan sumber daya alam yang ada di Sulawesi Selatan.
BAB 2
PEMBAHASAN
Adapun beberapa kearifan
lokal dalam pemanfaatan SDA di Sulawesi Selatan yaitu;
1. Kearifan Lokal Nelayan Torani dalam Perikanandi
Kabupaten Takalar
Kearifan lokal masih
berlaku dan dipatuhi
masyarakat setempat dengan
adanya Dewan Marga, adanya sistem pengelolaan sungai dan
masih dipakainya pola pertanian yang khas seperti huma.Hasil survey lokasi
pengelolaan sumberdaya laut di Kabupaten Indragiri Hilir Riau
tepatnya di Desa
Panglima Raja mengindikasikan adanya
kearifan lokal
dalam pengelolaan wilayah
laut seperti adanya pantang
larang yang dianut masyarakat diantaranya adalah dilarang
menancapkankain hitam di laut, dilarang menggunakan alat
tangkap Songko bermesin
dan dilarang berhubungan
badan di laut.
2. Koko dan Tattakeng
To Bentong – Sulawesi
Selatan
Sebelum mengenal pertanian padi sawah, orang To Bentong mewariskan lahan
bagi keturunannya berupa kebun (Koko) dan lading yang ditinggalkan(Tattakeng).
Koko adalah lahan perladangan yang diplah secara berpindah, sedangkan Tattakeng
adalah lahan bekas perladangan yang sedang diberakan.
3. Moposad dan
Moduduran
Bolaang Mongondow- Sulawesi Selatan
Moposad dan Moduduran
merupakan pranata tolong menolong yang penting untuk menjaga keserasian
lingkungan.
4. Maccera Tasi
Luwu – Sulawesi Selatan
Maccera Tasi terbuktiefektif
dalam mengunggah emosi keagamaan warga masyarakat. Pada saat pelaksanaan
upacara, mereka diingatkan atas tanggung jawabnya untuk menghormati laut,
menjaga kebersihannya, tidak merusak , dan tidak menguras potensi ikan laut
secara berlebihan.
5. Pasang Ri Kajang
Ammatoa,Kajang – Sulawesi Selatan
Masyarakat adat Ammatoa
bermukim di Desa Tana Toa, Kecamatan Kajang,Kabupaten Bulukumba, yang berjarak
kurang lebih 540 km ke arah tenggara dari kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Pasang Ri Kajang merupakan pandangan hidup komunitas Ammatoa yang mengandung
etika dan norma, baik berkaitan perilaku sosial maupun perilaku terhadap lingkungan
dan alam sekitarnya serta hubungan manusia dan pencipta-Nya. Ammatoa bertugas
untukmelestarikan Pasang Ri Kajang dan menjaganya agar komunitas Ammatoa tetap
tunduk dan patuh kepada Pasang. Pasang merupakan pandangan yang bersifat
mengatur, tidak dirubah, ditambah maupun dikurangi.
6. Kearifan Lokal di
Seko
Luwu Utara – Sulawesi Selatan
Kearifan masyarakat adat
Seko adalah menjaga hutan. Masyarakat
tidak akan melakukan penebangan pohon di hutan secara serampangan dan
berlebihan, mereka sangat memahami dampak hal tersebut jika dilakukan. Selain
itu adapula kearifan lokal lainnya seperti bercocok tanam, pembuatan rumah, dan
penenganan hama yang menyerang tanaman.
7. Massellu Tana
Suku Bugis – Sulawesi Selatan
Suatu cara menghormati
tempat tinggal dengan memberi makanan berupa kukus hitam dan putih di tiang
tengah rumah. Hal ini dilakukan sebagai penghormatan saja pada wilayah(tanah)
tempat tinggal tetapi bukan sebagai
wujud penyembahan.
8. Ma Suru Baca
Suku Bugis – Sulawesi Selatan
Ma Suru Baca dilakukan pada
waktu tertentu seperti selesai panen, penyambutan bulan ramadhan, serta
penyambutan hari raya. Jika dilakukan pada waktu selesai panen, hal ini
bermaksud ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT. atas rezeki yang telah
diberikan kepada hamba-Nya.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan
ini adalah pentingnya kearifan lokal dalam pemanfaatan SDA khususnya di
Sulawesi Selatan. Kearifan lokal dapat berupa nilai, norma, kepercayaan dan
aturan-aturan khusus yang berfungsi untuk pelestarian, pengembangan, dan
konservasi SDA. Di Sulawesi Selatan memiliki beragam kearifan lokal sesuan
dengan tradisi, suku,dan lain-lain.
B. Saran
Demikianlah hasil kerja kami
dalam membuat makalah tentang Kearifan
Lokal Dalam Pemanfaatan Sumber Daya Alam di Sulawesi Selatan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Mohon maaf bila adanya
kesalahan,kami harap tuntunan dari pembaca agar dapat meyempurnakan hasil kerja
kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Makalah biologi
BalasHapusAlhamdulillah
BalasHapus